Seorang pemuda sebut saja Gareng (25) membagikan pengalamannya mengantar Pekerja Seks Komersial (PSK) menemui pelanggannya. Warga di Kota Semarang, Jawa Tengah itu mengaku melakukan pekerjaan itu bukan karena uang. Namun, karena ia sudah memiliki kedekatan dengan beberapa wanita penghibur tersebut.
Gareng justru kasihan kepada para wanita tersebut. Pasalnya, mereka bekerja sebagai PSK lantaran terdesak kebutuhan ekonomi. Ia sudah lama menjalani kegiatan sebagai pengantar jemput PSK yang diboking pelanggannya.
Gareng layaknya anak kekinian pada umumnya yang memiliki banyak jaringan dan teman. Meski demikian, Gareng punya pengalaman yang mungkin tak pernah dialami pemuda sebayanya. Jika pemuda lainya menghabiskan sepertiga malam dengan bermain game ataupun istirahat, Gareng justru menyusuri jalan perkotaan.
Layaknya driver Ojol, namun pelanggan yang sering ia antar adalah wanita panggilan atau sering disebut oleh kaum milenial gadis BO. Gareng bercerita banyak mengenai kegiatan yang acap kali ia lakoni untuk mengantar dan jemput wanita panggilan. Menurut Gareng, bukan karena cuan atau untuk mendapatkan uang ia melakukan kegiatan tersebut.
Gareng mengatakan, karena memiliki kedekatan dengan beberapa wanita panggilan membuatnya mau mengantar dan menjemput mereka. “Sudah seperti teman sendiri, ada yang sudah lama kenal juga,” katanya. Kondisi para wanita panggilan dan cerita yang sering Gareng dengar langsung dari wanita wanita tersebut, membuat Gareng tergugah.
“Sebenarnya mereka kasihan, karena kondisi ekonomi. Bahkan ada yang ditinggal lari suaminya saat hamil, dan kini harus jadi tulang punggung keluarga,” terang Gareng. Berawal dari pengalamannya yang sering jadi teman sharing, Gareng menuturkan hanya ingin membantu wanita wanita tersebut. “Saya hanya membantu mengantarkan, dan tak mau menerima uang dari mereka, tak jarang mereka memaksa agar saya menerima uang usai mengantar atau menjemput, tapi tetap saya tolak, mentok mentoknya mereka memberi rokok,” jelasnya.
Di tengah perbincangan, Gareng berapi api kala melihat cercaan yang dilontarkan masyarakat melalui media sosial mengenai wanita wanita malam. “Jangan hanya mengomentari negatif apalagi pakai dalil kalau belum tahu betul kondisi wanita wanita tersebut. Kalau berani komentar pedas berani juga memberi pekerjaan ke mereka agar mereka lepas dari dunia hitam,” ucapnya.
Menurutnya, jika ada pilihan lebih baik wanita wanita tersebut juga tak mau melakoni pekerjaan yang penuh resiko itu. “Kalau ada pilihan lain pastinya mereka tidak terjun ke pekerjaan penuh resiko seperti itu." "Beberapa yang saya antar juga mengatakan hal serupa, namun mereka terpaksa, ada anak dan keluarga yang harus makan setiap hari,” terang Gareng yang sudah mengantar para wanita panggilan sejak ia duduk di bangku SMA itu.
Dilanjutkan Gareng, beberapa orang yang ia antar mengaku was was bahkan di antaranya takut ketika hendak menemui pelanggannya. “Mereka sangat rentan dan bisa jadi korban kekerasan ataupun kriminalitas, karena pelanggannya tak jarang jarang dalam kondisi mabuk,” katanya. Di penghujung perbincangan, ia menambahkan, harus ada penangan serius untuk mengentaskan wanita wanita tersebut.
“Sekarang cari pekerjaan sulit, mereka juga rata rata tak berijazah tinggi sementara anak dan keluarga butuh makan, kalau masih ada suami yang menghidupi masih lumayan, padahal banyak juga yang ditinggal lelakinya. "Harusnya pemerintah membuat program yang lebih fokus ke mereka jangan hanya musiman, masyarakat juga ikut membantu jangan hanya memberi komentar miring, mereka sama seperti kita sama sama manusia, yang dihadapkan dengan kondisi serba sulit. "Kalau sama sama saling membantu untuk membuka peluang lebih baik saya yakin mereka akan terentaskan,” tambahnya.